Pengikat Surga Oleh Hisani Bent Soe - KBM Soloraya

Breaking

Hadir Untuk Menginpirasi Anda

Pengikat Surga Oleh Hisani Bent Soe


Judul Buku :Pengikat Surga
Author : Hisani Bent Soe
Penerbit :Tinta Medina
Cetakan Pertama : April 2011

Mekah dengan segala kedamaiannya, benarkah akan kacau balau hanya karena sebuah kepercayaan baru? Sebuah risalah yang mengajarkan tatanan kehidupan yang lebih baik. Asma putri Abu Bakar putra Abu Quhaifah. Gadis belia yang selalu ceria, setiap hari selalu menebar kebahagiaan seantero Mekah. Sambil tak henti memerhatikan sekitar. Gadis yang mewarisi kecerdasan sang ayah perihal nasab dan ilmu pengetahuan, kini menjadi mata dan telinga bagi ayahanda dan Rasulullah tercinta akan duka dan jerit kesakitan kaum muslim yang tersingkir di Mekah. Ibunya, berkali-kali membicarakan kerisauan hati atas perilaku sang suami akhir-akhir ini kepada Asma'.

“Bukankah Ayah pernah bercerita bahwa kita pernah melakukan perjanjian dalam Hilful Fudhul? Kaum kita tak akan menyakiti siapapun di dalam tanah Mekah ini.” Sang putri yang cerdas mencoba menenangkan Ibunya.

“Kau tidak tahu, Asma'. Bukankah engkau merasa cerdas? Jika saja hanya Muhammad putra Abdullah sendiri yang memeluk agama tauhid, orang-orang akan membiarkan. Namun, perubahan banyak orang akan mengacaukan tatanan Mekah. Dan saat hal itu terjadi, aku tidak ingin menderita.”

Asma' masih mencoba mencerna kalimat tersebut, saat ternyata kenyataan berkata lain. Ibunda tercinta pergi meninggalkan mereka. Memilih jalan hidupnya sendiri.

Pengikat Surga. Mengisahkan tentang seorang wanita yang telah diikat Allah dengan surga-Nya, dengan sabuk yang terbagi dua. Mengisahkan sejarah secara detail memakai pendekatan sastra tanpa menghilangkan esensi dari sejarah itu sendiri.

Sang penulis mengisahkan sirah dalam buku ini dari sudut pandang Asma'. Seolah ruhnya telah menyatu dengan sosok Asma', diksi-diksi itu begitu lihai memainkan otak dan perasaan.

Kegelisahan lelaki yang memasuki usia 40-an. Begitu yang diucapkan Abu Bakar kepada sang putri atas pertanyaan yang muncul sebab perbedaan perilaku yang mencolok. Buku ini, tak hanya mengisahkan sejarah Mekah dari sebelum kenabian hingga peristiwa Fathul Mekah dan berlanjut pada Khilafiyah. Namun, juga mengajarkan tentang tanggung jawab besar seorang ayah dalam mendidik keluarga. Bahwa pendidikan keluarga itu mutlak tanggung jawab lelaki. Saya sangat terkesan dengan cara-cara Abu Bakar R.a menjawab setiap pertanyaan sang putri yang tak hanya membuat Asma paham, tetapi juga mampu mengkritisi setiap keadaan. Bukan hanya itu, bahkan di tengah kepercayaan kaum Quraisy saat itu yang mengesampingkan keberadaan wanita. Abu Bakar justru tak pernah alpa mengajak anak-anaknya termasuk Asma' terlibat dalam diskusi keilmuan dan keresahan sosial yang terjadi di tengah masyarakat. Hal-hal seperti itu yang dewasa ini luput dalam praktik parenting. Ayah adalah tonggak keluarga, bukan hanya dalam nafkah lahir, tetapi juga batin yang di dalamnya adalah pendidikan.

Banyak hal menakjubkan lain tentang fakta para shahabah dan shahabiyah yang dikemas dengan epik di sini. Termasuk ending dari kisah cinta Asma’ binti Abu Bakar dengan Zubair ibn Awwam, anak yatim yang diasuh sang ayah sejak kecil. Dari pernikahan mulia inilah lahir mujahid-mujahid Islam seperti Urwah dan Abdullah. Ending yang ditulis dalam buku ini begitu indah, walaupun pahit untuk ditelan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar