Lembar Pertama
Kubuka
lembar pertama
Seikat
janji terucap siang tadi
Sama, tak
ada beda
Ikrar kata kita kan menetap
Aku dan
kamu satu cerita
Sendiriku
menitikkan air mata
Kutahu kau
berdusta
Ikatan
sucimu untuk dia
Kau ramu
aksara untuk menyandingnya
Kau peluk
dia dengan suara akad terindah
Aku manusia
pertama
Menghiasi
lembar pertamamu
Kukatakan
akulah kekasihmu
Dihari
pertama pengantinmu lara
Oleh
sambaran senandung cintaku
Lembar
pertama
Senyum
paling menyiksa
Semoga kau
tak lupa
Karanganyar,
2020
Menepi
Mengapa kau masih sendiri?
Pernah kusuguhkan rasa namun
tak dianggap
Pernah kusajikan cinta namun
tak dilihat
Pernah pula aku kirim rindu
namun hanya berlalu
Apa maumu wahai kamu manusia
penebar pesona?
Menepi
Mencipta jarak dari tempat kau
berpijak
Namun gagal sebab seonggok
cerita
Kau paketkan
pertanda-pertanda
Kau berikan bisik-bisik rasa
Hari itu sebuah racikan masa
depan
Dari rumahmu kabarnya untukku
Seolah berucap menetaplah
denganku
Menepi
Memilih pergi untuk
tinggalkan cerita
Kau bilang ingin namun kau
tak bisa
Kubilang ingin namun aku tak
mau
Menepi
Hilang sudah cerita
Karanganyar, 2020
edunews.id
Kepada
Sebuah Malam
Nanti pada suatu malam aku
akan membuka mata
Pada waktu yang telah aku
janjikan untuk terjaga
Mengucap satu nama dalam
barisan harap
Kuikatkan kuat rasa yang
sempat berserak
Untuk aku kirim pada dia
yang aku ingin
Menyusup aku dalam remang
Bersuci dan berbalut busana
takwa
Bersimpuh membawa hati yang
lusuh
Lamat-lamat namanya terucap
dalam cakap harap
“Izinkan dia bersanding
denganku, Ya Ar-Rahman”
Pada sebuah malam pada waktu
yang dijanjikan
Aku buka mata dan mengharap
satu nama
Masih dia pintaku dalam ucap
yang tak sempurna
Selalu saja bibir bergetar
tak jelas arah
“Izinkan dia bersanding
denganku, Ya Ar-Rahman”
Pada suatu malam aku terjaga
Memenuhi panggilan waktu
yang dijanjikan
Masih sama tentang sebuah
nama, dia
Nama terucap tak sempurna
tercekat dalam ucapan
“Izinkan dia bersanding
denganku, Ya Ar-Rahman”
Pada suatu malam dalam
remang-remang
Nyanyian air langit mendera
bumi
Bibir membeku, tanpa nama
yang sama
Kerongkongan tak lagi
bergetar
Tak ada lagi harap untuk
diucap
Nyatanya dia bukan untukku
Pada suatu malam tanpa
cahaya bintang
Pada waktu yang dijanjikan
aku masih setia
Kini hatiku adalah bumi
tanpa batas
Meski tanpa dia, aku memaksa
bahagia
Dalam janji kesetiaan
Ar-Rahman
Karanganyar, 2020
Muara
Sebuah Rasa
Kau tahu cinta, diriku bukan
sebatang pinus yang maha kuat
Yang akan menyalakan setiap
percik api harap menjadi nyata
Kau juga tahu cinta, bahwa
hatiku bukan sebongkah batu
Yang akan selalu kuat
menanggung paket kecewa darimu
Namun kau harus pahami
cinta, aku dan hatiku adalah lautan
Yang pernah menampung
mimpi-mimpimu dengan penuh ikhlas
Yang tetap setia hadirkan
camar bernyanyi untuk menyeka lelahmu
Yang menghadirkan keindahan
senja untuk memeluk kecewamu
Diri dan hatiku adalah
lautan yang teramat luas untukmu
Tempatmu berpulang meski
telah lama meninggalkan
Tempatmu tertawa memandang
kembarnya purnama
Diri dan hatiku teramat luas
bukan?
Namun maaf, untuk rindu yang
sempat kau tinggalkan
Melenyapkanmu dalam deru
ombak adalah pilihan
Kau nikmati saja terombang-ambing
dalam pekat
Karanganyar, 2020
Merayakan Perpisahan
Sejak aku ucap kata pamit
Kemudian diam-diam kaki melangkah
Menjauh dari perdaban hidupmu
Mengubah arah dalam tatanan mimpiku
Aku bagai hidup tanpa arah
Sejak aku ucap kata pamit
Duniaku tak lagi sama
Masa depan yang dulu jelas kini berubah samar
Jalanan mulus menjadi putus-putus
Pandangan mataku kini telah kabur
Sejak aku ucap kata pamit
Hati seakan tak berpenghuni
Langkah tiada arah
Hari tiada berisi
Hanya tersisa kepingan hati
Bekas luka tanpa darah
Mati
Karanganyar, 2020
Biodata Penulis
Ary Pelangi nama pena dari Umi
Satiti, Lahir di Karanganyar pada 19 Oktober 1990. Sangat suka menikmati hujan
dengan berkawan secangkir kopi atau teh panas. Saat ini mendapat amanah untuk
bergabung menjadi pengurus Forum Lingkar Pena Wilayah Jawa Tengah. Selain itu
juga mengisi waktu luang dengan menemani anak-anak berkebutuhan khusus belajar
di salah satu sekolah swasta di Kabupaten Karanganyar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar