dok.pribadi
|
Wabah
Covid-19 yang melanda hampir seluruh negara di dunia menjadikan Ramadhan tahun
ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Para ulama telah menfatwakan
peningkatan ibadah di bulan mulia ini melalui ibadah di rumah saja. Kita akan
sulit menemui masjid yang biasanya ramai dengan buka bersama yang penuh berkah,
jamaah tarawih yang memenuhi shaf atau tadarus bersama yang menenteramkan. Sungguh,
hati sedih mata menangis tetapi kita tak boleh berputus asa dari rahmat Allah.
Tidak
ke masjid bukan berarti kita kehilangan segalanya dari Ramadhan. Ya, karena
kita masih memiliki rumah yang dengannya kita tetap bisa menegakkan ketaatan
dalam kebersamaan. Kita masih memiliki keluarga yang dengan mereka kita bisa
bahu-membahu menyemarakkan malam dan siang dengan ketundukan.
Satukan Visi
Kesatuan
visi seluruh anggota keluarga menjadi prasyarat bagi sebuah keluarga agar bisa
menjadi basis peningkatan ketakwaan. Ketiadaan visi yang sama akan membuat
masing-masing anggota berjalan sendiri sesuai selera. Karena itu, menyatukan
visi merupakan langkah pertama yang harus dilakukan.
Bagaimana
caranya? Adakan pertemuan keluarga. Ayah selaku pemimpin dalam masyarakat kecil
memulai dengan tausiyah yang dikaitkan dengan kondisi saat ini. Selanjutnya,
forum membahas visi keluarga di bulan Ramadhan ini. Tentunya berujung pada
menjadikan Ramadhan tahun ini lebih baik dari Ramadhan sebelumnya dan bagaimana
menyiasatinya di tengah wabah Covid-19.
Kesamaan
visi tidak seratus persen menjamin keberlaksanaan rencana. Akan tetapi,
perbedaan visi sudah pasti mengarah pada muara yang terpencar ke mana-mana. Karena
itu, awali Ramadhan ini dengan menyatukan visi seluruh anggota keluarga.
Tuntaskan Misi
Visi
telah dicanangkan, maka langkah berikutnya adalah eksekusi. Jabarkan visi dalam
misi dan program keluarga. Rapatkan agenda yang akan dilakukan mulai dari
bangun sahur sampai tidur kembali. Tentukan target yang harus dicapai oleh
seluruh anggota keluarga. Atur waktu bagi setiap kegiatan. Putuskan siapa yang
bertanggungjawab atas pelaksanaan suatu agenda. Sepakati hal-hal yang
berpotensi menimbulkan "keributan" misalnya surat apa yang dibaca
saat tarawih. Pastikan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan.
Terakhir, jangan lupa menulis hasil musyawarah sebagai panduan agar keluarga tetap
on the track dengan visi yang hendak
dicapai.
Semua
anggota keluarga harus bersungguh-sungguh menjalankan target yang telah
dicanangkan. Ayah dan ibu merupakan motor utama dalam keluarga. Peran mereka
amat menentukan keluaran dari madrasah Ramadhan ini. Dan sebagai bagian dari
pengkaderan estafet kesalehan, ayah dan ibu perlu melibatkan anak-anak yang
sudah dewasa.
Tantangan
biasanya menghadang saat berada di pertengahan bulan. Rasa malas dan capek
mulai muncul. Anak-anak yang sudah bosan semenjak lockdown akan merasa bosan dengan Ramadhan yang itu-itu saja, tanpa
ngabuburit atau buka di luar. Tak pelak, dibutuhkan kreativitas agar visi
tercapai dan misi tuntas saat satu Syawwal menjelang. Orang tua tidak perlu
kaku dengan jadwal, sedikit variasi masih dimungkinkan asal tidak jauh
melenceng dari target. Lakukan evaluasi secara berkala setiap akhir pekan untuk
mengetahui pencapaian target tiap anggota keluarga.
Yang Terbaik
Yang
terbaik adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Ramadhan ini, rumah
menjadi pusat ibadah. Akan tetapi, bukan berarti kita hanya fokus pada apa yang
dalam rumah kita saja. Rumah tetangga, rumah kerabat, dan rumah masyarakat
secara umum mesti menjadi bagian yang tak boleh diabaikan apalagi di masa sulit
seperti ini. Wabah pandemi memberi kesempatan kita untuk membuktikan siapa yang
terbaik.
Kelebihan
yang ada pada sebuah keluarga adalah hak bagi keluarga yang lain. Dan berbagi
merupakan salah satu jembatan yang dapat menghubungkan keduanya. Lengkapi
keberkahan bulan dengan memperbanyak sedekah. Libatkan seluruh anggota
keluarga, ajak anak-anak menginfakkan sebagian dari tabungan mereka. Alokasikan
anggaran keluarga untuk menyunggingkan senyum keluarga lain. InsyaAllah, kelak
seluruh anggota keluarga akan sama-sama tersenyum di surganya.
Jadi, tak perlu galau jika tahun ini Allah dengan kasih
sayang-Nya menjadikan rumah kita sebagai pusat ibadah. Dengan
rahmat-Nya pula, Ramadhan di rumah tak akan kehilangan berkah.
Wallahu a'lam bishowab. Allahumma
taqabbal minna.
Biodata Penulis
Iis Nuryati, Ibu
dari 3 putra dan putri, Guru di SMPIT Insan Kamil Karanganyar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar