Ramadhan salah satu bukti kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Beberapa di antara keutamaan bulan Ramadhan adalah sebagai berikut: |
Pertama, Ramadhan bulan Al-Qur’an. Firman Allah SWT, “Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia tidak berpuasa), maka (wajiblah menggantinya) sehingga banyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur.” (Q.S Al-Baqarah:185)
Bulan ramadhan adalah bulan yang didalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk (hudaan). Huddan ialah bentuk jamak dari hidayah, bisa kita tarik menjadi jalan atau akses bagi kita. Allah SWT menurunkan Al-Qur’an pada saat malam laitul qadr dari lauhul mahfuudz ke langit dunia (baitul izzah) secara menyeluruh. Kemudian diturunkan kepada Rasulullah SAW, secara berangsur-angsur sesuai dengan keadaan para sahabat.
Apa tujuan Allah menurunkan Al-Qur’an? Untuk menjadi petunjuk, pegangan atau maps bagi setiap hamba. Hakikatnya kita di dunia adalah sebuah perjalanan. Tujuan kita adalah akhirat, di sana ada dua tempat yaitu surga dan neraka. Allah SWT memberikan maps-Nya dengan Al-Qur’an.
Misal kita akan pergi ke masjid Istiqlal Jakarta, tapi kita belum pernah menginjakkan kaki di jakarta, tentu kita akan kesulitan menemukan. Nah, kalau kita membuka google maps masukkan tempat tujuan “masjid Istiqlal” maka akan keluar jalur mana saja yang bisa kita lalui. Begitu pula Al-Qur’an untuk diri kita, akan menjadi jalan petunjuk kita dalam menapaki perjalanan di dunia menuju akhirat. Insyaa Allah perjalanan akan jadi mudah.
Misal kita akan pergi ke masjid Istiqlal Jakarta, tapi kita belum pernah menginjakkan kaki di jakarta, tentu kita akan kesulitan menemukan. Nah, kalau kita membuka google maps masukkan tempat tujuan “masjid Istiqlal” maka akan keluar jalur mana saja yang bisa kita lalui. Begitu pula Al-Qur’an untuk diri kita, akan menjadi jalan petunjuk kita dalam menapaki perjalanan di dunia menuju akhirat. Insyaa Allah perjalanan akan jadi mudah.
Bagaimana Al-Qur’an menjadi petunjuk? Diantaranya ada hadist, “Sebaik-baik orang adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya”. (HR Bukhari). Berdasarkan hadist ini bisa kita melakukan sesuatu yang bisa kita lakukan, yaitu:
- Belajar Al-Qur’an
Itu adalah yang dilakukan para ulama terdahulu. Rasulullah SAW mempunyai kebiasaan mengkhatamkan Al-Qur’an. Bahkan ada riwayat ramadhan terakhir beliau mengkhatamkan dua kali. Satu kali dibacakan oleh malaikat jibril. Belajar bisa kita mulai dari membaca, menghafal lalu mentadaburi. Menghafal tentu tidak kalah penting baik laki-laki yang akan menjad pemimpin dalam segala hal, termasuk sholat. Apalagi di masa pandemi sekarang, sholat jama’ah dilakukan di rumah masing-masing. Maka penting bagi kaum lelaki untuk memperbaiki bacaan serta hafalannya agar bisa menjadi imam shalat yang baik di rumah. Pun begitu dengan perempuan, apalagi nanti perempuan mempunyai peran besar sebagai madrasatul ‘ula pencetak generasi rabbani.
- Mengajarkan Al-Qur’an
Mengajarkan minimal kepada orang-orang terdekat, bisa dimulai dari keluarga, teman, tetangga dan lainnya.
- Mengamalkan isi Al-Qur’an
Setiap ilmu yang kita dapatkan ahsannya kita mengamalkannya.
Kedua, Bulan ramadhan bulan ampunan. Ramadhan artinya terik atau panas yang membakar, yang mana akan membakar dan menghapus dosa-dosa kita. Teringat hadist Rasulullah saw itu ada 2 redaksinya sangat mirip “qolannabiyu saw man shooma romadhona imanan wahtisaban, ghufirolahu ma taqoddama mindambih.” (HR. bukhari).
“Man shooma Romadhona imanan wahtisaban, ghufirolahu ma taqoddama mindambih.” (HR. bukhari).
Perintah puasa (Q.S Al-Baqarah:183) dikuatkan dengan hadist yang pertama, “Barang siapa yang berpuasa di bulan ramadhan dengan keimanan hanya kepada Allah dan dengan penuh muhasabah (perhitungan), Allah akan mengampuni dosa-dosa kita yang terdahulu.”
Hadist kedua, “Barang siapa yang menhidupkan malam ramadhan,2 syarat yang jika terpenuhi puasa dan menghidupkan malam ramadhan dengan dengan keimanan hanya kepada Allah dan dengan penuh muhasabah (perhitungan), Allah akan mengampuni dosa-dosa kita yang terdahulu.” Bermakna mengisi malam dengan memperbanyak mendekatkan diri kepada Allah, memperbanyak muhasabah, mengingat dosa atau kesalahan yang telah kita lakukan dan mengadu pada-Nya.
Pernahkah terpikirkan antara pahala dan dosa dalam diri, mana yang lebih banyak? Kita punya banyak dosa. Disadari atau tidak, sengaja atau tidak. Tentu kita berharap Allah mengampuni dosa kita pada moment Ramadhan.
Ketiga, Ramadhan bulan penuh barokah. Imam Ghozali mengatakan berkah adalah ziyadatul khoir (bertambah kebaikan). Sedangkan Imam Nawawi berpendapat berkah adalah tumbuh berkembang, kebaikan yang berkesinambungan dan terus menerus.
Usia umat manusia zaman dahulu rata-rata ratusan tahun, dapat kita artikan bahwa mereka mampu beribadah ratusan tahun. Spesial untuk umat nabi Muhammad SAW, usia rata-rata 63 tahun. Itu berarti ibadahnya tidak selama umat terdahulu. Wujud cinta Allah SWT kepada kita, Allah memberikan bonus kepada kita dengan adanya malam lailatul Qadr. Seperti yang diterangkan dalam salah satu surah Al-Qur’an,“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya Al-Qur’an pada malam qadar. Dan Tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibrul) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah malam itu sampai terbit fajar.” (Q.S Al-Qadr: 1-5).
Malam yang lebih baik dari 1000 bulan. Jika kita konversi menjadi tahun, itu setara dengan 83 tahun plus 4 bulan. Bahkan lebih jika dalam konteks ayatnya lebih dari 1000 bulan. Akan tetapi waktunya dirahasiakan oleh Allah SWT. Tugas kita adalah menjemputnya, memantaskan diri untuk menyambut dan memperoleh, menikmati malam lailatul qadr. Cara yang bisa kita tempuh adalah dengan memperbanyak amal sholeh, memenuhi yang wajib, mengejar yang sunnah, memperbanyak istighafar, dan bertaubat.
Siapa tahu ketika kita banyak dosa, justru menjadikan Lailatul Qadr tidak turun menjumpai kita, dan ketika kita taubat dengan taubatan nasuha, Allah SWT membuka hijab atau tabir lailatul qadr untuk kita. Aamiin
Siapa tahu ketika kita banyak dosa, justru menjadikan Lailatul Qadr tidak turun menjumpai kita, dan ketika kita taubat dengan taubatan nasuha, Allah SWT membuka hijab atau tabir lailatul qadr untuk kita. Aamiin
Mari jadikan moment ramadhan kali ini dengan berlomba-lomba dalam kebaikan dengan mensinergikan sinyal-sinyal cinta Allah SWT yang diberikan kepada para hamba. (Edited by: Muth)
Tentang penulis:
Mugi Utami. Lahir di Purworejo, 18 Agustus 1996. Sekarang tinggal di Boyolali, salah satu pondok pesantren tahfidz di Ampel, Boyolali. Menulis dan membaca menjadi hobi dan hiburan tersendiri di sela-sela kegiatan di pesantren.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar