Secarik
Ode Untuk Riani
Jika luka datang bersama pagi
yang terbit dari timur setiap hari
suam di tubuh siang pasti memohon
pada detak waktu; untuk lebih cepat
berlalu
agar bintang-bintang lekas bersimbur
menghantar wajahmu mekar dalam tidur
Ketika itu, kau dengar
kicau merdu burung-burung
jadi nyanyian rinduku pada malam
tempat senyum-mu bersemayam
Tetaplah di sini; Riani!
di peluk kenangan kusam
di hati yang biru lebam
suatu hari kau kan temukan
bait-bait puisi harapan
dari rasa yang tak bisa berhenti
berucap: Aku mencintaimu
Pemalang,
12 Maret 2020
Mencarimu di Trotoar kota
Ku langkahkan kaki
Menyusuri sepanjang trotoar kota
demi menjemput kabar
Tentang rindu yang masih berkobar
Tapi di mana,
Bisa ku temukan dirimu; kasih?
Asap knalpot kendaraan jadi teman
Mereka mulai akrab dengan hidung ini
Sedang aku masih kebingungan
Mencarimu tak kunjung temu
Sayup-sayup mata memandang
Kabut jalan mekar seketika
Terbelah binar wajahmu;
Hangat di peluk pria baru
Siremeng, 2020
pinterest.com
Pada Sepi Kamarku
kini kau sepi!
tak mau lagi datangi gelap kamarku
cermin polos tanpa pantul bau tubuh
dan wajahmu nan ayu
Tolonglah!
jangan biar taman sunyi: kepak sayap lebah
tanam benih bebunga mawar banyak-banyak
siram dan pupuk sampai tumbuh besar
siram dan pupuk sampai tumbuh subur
siram dan pupuk sampai tumbuh mewangi
mereka 'kan jadi saksi!
'kan lihat kusam dinding kamarku
jelma istana bayang-bayang hantu
terbang bergentayangan di hati berjelaga---terbengkalai
udara masih dingin---terlantar
dan kau pun tetap sepi!
Pemalang, 2020
Cinta Terlarang
Cintaku adalah cintamu
Cintamu adalah cintaku
Sebagaimana kamus merumuskan itu
menjadikannya cinta kita
tak perlu tafsir dan segala pola pikir
kita tak perlu tahu itu!
"bagaimana jika itu tidak benar?"
maka aku akan menjajah separuh duniamu
memakainya sebagai ladang bercocok tanam
pupuk kasih terlarang, rawat bebunga kamboja
agar cepat bermuara di teluk pelaminan
2020
Ruang Kebingungan
Apakah kita akan selamanya mencinta?
Sedang kamarku buta, bahkan untuk lihat
bau tubuhmu lewat cermin; tak bisa!
Sepi: kejam serupa revolver yang menempel
pada pelipis kakek tua pengibar kain merah putih
lengkap dengan telunjuk bersetubuh dengan pelatuk
'kan diterobos barisan serat-serat tempurung kepala
dalam-dalam
'kan diselami indah setiap lekuk otak sampai berhamburan
belasan-puluhan-ratusan video porno kusam; lama tertimbun
waktu
Apakah kita akan selamanya mencinta?
sedang sepasang tangan ini dingin
seperti dua buah anggur beku dalam kulkas
lengkung kulitnya basah dan hanya saling menatap
hingga tiba botol-botol kaca cantik mendekapnya
'kan sekap setiap masalah rindu dan luka
seperti para pujangga bersajak ihwal cinta.
Siremeng, 2020
Tragedi Bangun Pagi
Bagaimana jika kau terbangun dari tidur malam nyenyak
Kau dapati tubuh jadi hutan gundul tanpa sedikit rerumput
Tumbuh di permukaan tanah gersang bekas lalap api?
Bagaimana kawanku?
Sedihkah jika rumah tak lagi terima bau badan
Wajah penuh luka lubang galian tambang
Tempat para selir-selir dewa berkubang?
Bagaimana kawanku?
Rasakan harta dirampas paksa
Emas, batu bara, kayu, dikeruk membabi buta
Sedang tangan-kaki dipasung
Uang sumpal mulut orang-orang
Pandai buka gembok pegang kunci-kuncinya
Bagaimana kawanku?
Siapa sadar ada tangis perut bumi
Belalai mesin berat cambuk berkali-kali
Kau tak bisa apa-apa
Selain meratap tunggu Tuhan datangkan kiamat!
Maka sebelum bangun pagi jadi tragedi
Mari turun dan berkumpul
Bila kau pelajar pikir bagaimana baca buku
Tak sekedar harap nilai bagus
Bila kau pengusaha sisihkan selembar rupiah
Untuk isi bakul warga terlantar
Siapkah kawanku?
Setelah sudah kau rasa alam rusak
Jadi kubur bangkai binatang bawah puisi usang
Terbengkalai tanpa tanggung jawab
Biaya modal dan moral para pelaku
Saat bangun dari tidurmu yang nyenyak
Bagaimana kawanku?
Bagaimana?
Pagenteran,04 Januari 2019
Cinta dan Kematian
Aku melihatmu dari sudut paling pilu sebuah bukit rindu
Pemandangan indah; pepohon bermahkota rimbun dedaun
rumput liar bernyanyi bersama angin
yang sesekali mengusap rambutmu
Aroma rindu membawaku pada ranum pipimu
dan kau...
dan kau...
dan kau...
duduk menikmati bunyi-bunyian milik Tuhan
berduaan; berdua!
"apa aku masih hidup?"
terlalu banyak darah di kulit
betapa aku telah terjajah sakit
wanita yang di puja, mesra lempar canda
dengan seorang pria; bukan aku!
"apa aku sudah di neraka?"
Botol-botol anggur jadi teman, setelah luka-luka tertanam
di tangan, di dada, di wajah, di hati yang amat lemah!
Tenang...
Tenang...
Tenang...
kita 'kan merdeka,
pada lapang derita di upacara kematian rasa paling hina
Pemalang, 2020
Penantian
Sunyi tapaki ruang hati
Bekas jejak kakimu masih jelas kupandang
Dinding kusam jadi saksi
Tunggu hadirmu dalam lengang
Hampa menetap sudah
Pada langkah yang teramat lelah
Pada kasih tanpa kisah
Juga puisi yang sia-sia
Kembang api jemput bintang
Fajar menjamah pagi
Dewi malam tertawa
Lihat aku tak kunjung kau singgahi
Pemalang,18 November 2019
Waktu Itu
Betapa hari terasa hampa
dan mendung terus saja melanda
Kemana matahari pergi?
Jika terhampar luas langit ketiga
tak lagi tumbuh pohon cemara
Berapa luka telah mendera; kasih?
Berapa sakit telah kucipta?
Izinkan aku tatap rekah,
dan hirup aroma perihnya
diantara desir pasir diterpa angin
Jangan sampai ada bunyi rintik hujan
Betapa hari terasa hampa
dan mendung terus saja melanda
Siremeng,2020
RM Maulana Khoerun, lahir di Siremeng, Pulosari, Pemalang pada tanggal 18 Maret
2002. Menulis Puisi, Cerpen, dan Opini. Salah satu pendiri grup literasi “RASI
PENA” dan aktif sebagai Divisi Cipta Karya komunitas sastra “KIDUNG PENA”.
Tulisan-tulisannya juga sudah tayang di berbagai media; cetak dan elektronik
antara lain, Bangka pos, Tanjungpinang Pos, Bali Post, Malang post, Pos Bali,
Radar Banyuwangi, Radar Madura, Radar Tasikmalaya, Kabar Madura, Radar Cirebon,
Majalah Lentera Bayuangga, Komunitas Kampoeng Jerami, Kabapesisir, Takanta,
Akarrantingdaun, dan Travesia. Puisi-puisinya juga terkumpul dalam antologi
bersama; Goresan Luka(2020),
Kenangan(2020), Palestina di Hati(2020), dan Sajak Untuk Indonesia(2020).
Media sosial
Instagram : rm_maulanakhoerun
Facebook : RM Maulana Khoerun
Email : maulkhoir@gmail.com.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar