Limbuk emosi, pendapatnya diruang sidang kerajaan tidak dihargai.
Limbuk : kalau tahu gitu, mending gak usul. Aku ini kurang apa coba, aku usul yo ikut mikul,eh Sengkuni malah menganggap remeh pendapatku.
Cangik ; sabar, nduk...sabar...... aku ngerti posisimu. Aku dukung kamu, nduk.
Limbuk : apa pendapat seorang dayang itu tidak berharga? Opo peg kene derajate ningisor malah diinjak injak. Dianggap tidak berguna. Tobat....tobat...
Cangik berusaha mengelus punggung putrinya agar tenang. Tak lama emosi Limbuk mereda.
Cangik: sabar, Nduk, jembarno atiku, memang seharusnya mereka tak menganggap pendapat seorang dayang dng sepele. Pendapat itu tdk memandang siapa, dan pangkat apa, yg penting pendapat itu ditampung , dipertimbangkan, dan di putuskan untuk kebaikan bersama bukan dibuang begitu saja.
Limbuk: iya, mak, seharusnya begitu. Tpi aku salut sama Raden Arjuna.
Cangik : lha pye?
Limbuk : pendapatnya pro rakyat, ora egois, ora, serakah. Ganteng, gagah, alus sisan.
Cangik : wes.... mulai neh to, wingi ki Raden Gatutkaca pye?
Limbuk : duren2 roti2. Biyen2 saiki2. Wes orangnya ganteng, romantis, sregep ibadah, pro rakyat, walaupun banyak disukai wanita tapi aku yakin dia garang di peperangan hangat dipelukan.
Cangik : lak yo kumat meneh tow.(red/ags).
Penulis
Fahri F. Fathoni
Perawat kelahiran Klaten 17 Januari 1994 ini memang suka menulis sejak di bangku SMA. Adapun karyanya yang sudah terbit dan beredar di pasaran yaitu * Kuingin Jadi Sajadahmu* tahun 2013. * Dalam Sujud, Dia Menyentuhku* 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar